Langsung ke konten utama

Beli Mobil atau Rumah Dulu? Mari Pertimbangkan Bersama Supaya Tidak Dilema

Pada rentang usia 25 tahun ke atas, biasanya karir seseorang dikatakan sudah ada dalam tingkatan yang memungkinkannya memperoleh pendapatan di atas rata-rata. Singkatnya sudah mapan. Dalam kondisi seperti itu, biasanya ada keinginan untuk membeli sesuatu yang bernilai tinggi.


Jika dulu pada awal masa bekerja keinginannya adalah untuk membeli kendaraan bermotor, sekarang keinginannya adalah membeli mobil. Namun ketika Anda juga berkomitmen dengan pasangan untuk menikah dalam waktu dekat, hal itu terkadang membingungkan.

Ya, di zaman sekarang ini, keduanya sama-sama penting. Akan tetapi, keduanya juga memerlukan dana besar. Jika dana belum memungkinkan untuk membeli keduanya, pilih salah satu dulu. Jangan sampai memaksakan diri untuk memiliki keduanya bersamaan. Terlebih jika Anda buru-buru mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit mobil dalam waktu yang sama.

Wajar bila Anda berkeinginan seperti teman-teman yang bepergian dengan leluas menggunakan mobil tanpa harus berdesakan di dalam kendaraan umum. Tak bisa dipungkiri pula kalau memiliki mobil sendiri akan terasa lebih bergengsi. Di lain sisi, rumah adalah kebutuhan utama. Harganya akan naik dari tahun ke tahun. Jadi jika semakin ditunda, harga rumah mungkin semakin tak terjangkau. Apalagi bila sudah menikah, memiliki rumah memang lebih baik untuk diprioritaskan.

Membeli mobil lebih dahulu tak selalu menjadi keputusan yang salah. Begitu pula sebaliknya. Mengajukan KPR lebih dahulu belum tentu lebih baik dari menunda membeli mobil. Pasalnya, faktor kebutuhanlah yang hendaknya menjadi pertimbangan utama untuk kedua hal tersebut. Dan masing-masing ada plus minusnya.

Mobil 

Kelebihan mendahulukan membeli mobil adalah kemudahan mobilitas. Jika Anda memiliki posisi penting di kantor sehingga mengharuskan untuk bepergian ke luar kantor bertemu klien, tentu memiliki mobil sendiri akan sangat mendukung dalam mobilitas pekerjaan.

Tetapi, jika nantinya mobil itu hanya digunakan untuk keperluan pribadi seperti transportasi untuk pulang pergi bekerja, kebutuhan mobil tidak terlalu besar terutama jika masih tersedia alternatif transportasi yang cukup baik. Seperti kereta atau bus kota.

Umumnya mobil memiliki harga lebih murah daripada rumah. Jika membelinya secara kredit pun, besar uang mukanya lebih rendah daripada uang muka rumah. Tetap saja, ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan ketika kamu membeli mobil.

Membeli mobil berarti Anda juga harus siap dengan biaya perawatan rutinnya. Tak hanya pajak, dibutuhkan pula biaya untuk servis berkala, ganti oli, dan penggantian suku cadang. Selain itu kekurangan mobil yang tak bisa kita pungkiri adalah nilainya yang menurun dari waktu ke waktu.

Nilai mobil mengalami penurunan antara 5% hingga 10% per tahun. Seiring waktu, mobil pun akan ketinggalan zaman baik itu dari segi model, performa, maupun teknologinya. Jangankan hitungan tahun, misalnya Anda membeli mobil seharga Rp 200 juta, lalu menjualnya beberapa bulan kemudian. Sulit untuk mendapatkan pembeli yang mau membayar dengan harga yang sama. Yang ada mereka pasti menawar harga jauh lebih rendang dibanding harga ketika Anda membelinya. 

Rumah 

Jika harga mobil menurun setiap tahunnya, tidak demikian dengan rumah. Seperti kita ketahui bahwa properti termasuk rumah mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pasalnya ketersediaan lahan kosong untuk membangun rumah semakin langka. Jika kita bicara jangka panjang, membeli rumah lebih baik diprioritaskan.

Bahkan selain sebagai kebutuhan tempat tinggal, rumah juga menjadi instrumen investasi yang menjanjikan karena harganya tidak tergerus inflasi. Jadi rumah adalah pilihan yang tepat untuk mempertahankan aset karena nilainya yang cenderung meninggi, dan nantinya bisa diwariskan ke anak cucu.  Jangankan dalam kurun waktu puluhan tahun, dalam hitungan 2-3 tahun saja, harga rumah yang awalnya kurang dari Rp 500 juta bisa naik menjadi lebih dari Rp 500 juta.

Namun, membeli rumah juga perlu banyak pertimbangan. Terlebih bila Anda membelinya dengan cara mencicil. Jangan sampai besar cicilan yang harus ditanggung setiap bulan melebihi 30-35% dari pendapatan bulanan supaya keuangan tidak “goyang.” Jika saat ini Anda memiliki pendapatan bulanan Rp 6 juta, cicilan hutang Anda per bulan idealnya Rp 1,8 juta hingga Rp 2,1 juta.

Jadi, lebih bijak bila Anda memprioritaskan untuk membeli rumah terlebih dahulu. Namun, keputusan akhir tetap ada di tangan Anda. Enyahkan keinginan, dan fokuslah pada skala prioritas. Apa yang lebih Anda butuhkan sekarang?

Jika Anda masih tinggal bersama orangtua dan sangat membutuhkan mobil untuk menunjang mobilitas dalam bekerja, Anda bisa menempatkan mobil dalam skala prioritas pertama. Namun jika Anda akan menikah atau bahkan sudah menikah, tapi rumah masih numpang orangtua atau tinggal di kontrakan, baiknya dana yang dimiliki digunakan untuk membayar uang muka KPR.

Postingan populer dari blog ini

Berburu Bakmi Jawa Enak Saat di Jogja, Cek Rekomendasinya di Sini!

Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat menginjakkan kaki di Jogja. Tak cuma mengunjungi tempat-tempat wisata alamnya yang terkenal eksotis, berburu kuliner khas Jogja juga bisa jadi aktivitas menyenangkan. Apalagi kuliner-kuliner khas Jogja juga terkenal enak dan harganya relatif murah tak membuat kantong cekak. Bicara soal Jogja dan kulinernya, tak lengkap jika tak mencicipi gudeg. Tapi sebetulnya masih banyak makanan khas Jogja yang tak kalah nikmat. Salah satunya bakmi jawa. Bakmi jawa identik dengan hidangan mie kuning atau bihun yang diberi tambahan ayam kampung suwir, sayuran, dan telur. Saat ini bakmi jawa mudah ditemukan di restoran-restoran. Tapi tentu kalau kamu mencicipinya di Jogja, bakmi jawa di sana akan terasa berbeda. Meski zaman sudah modern, tapi mayoritas pedagang bakmi jawa di Jogja tidak menggunakan kompor dalam memasak bakmi mereka, melainkan masih menggunakan anglo atau tungku arang. Jangankan rasa, aromanya saja sudah pasti berbeda. Penjual bakmi Jawa

Sering Terabaikan, Padahal Benda-benda di Rumah Ini Bisa Jadi Sumber Penyakit

Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman juga bisa mengancam kesehatan Anda dan keluarga. Ya, barang-barang di rumah bisa merugikan kesehatan jika kita tidak merawatnya dengan benar. Anda mungkin sudah sering mendengar saran para pakar kesehatan agar mengganti sprei seminggu sekali. Atau menyapu dan mengepel lantai setiap hari. Selain itu, masih banyak benda di rumah yang berpotensi menjadi sumber penyakit, dan itu seringkali tidak kita sadari. Langsung saja, berikut beberapa benda di rumah (yang mungkin tak terduga) yang bisa menjadi sumber penyakit bagi Anda dan keluarga: Produk pembersih rumah tangga Produk pembersih yang sebagian besar digunakan oleh masyarakat adalah produk-produk berbasis kimia. Bahkan beberapa mengandung bahan kimia keras. Seperti phthalates yang sering terkandung dalam produk rumah tangga yang wangi, triclosan yang digunakan dalam deterjen atau sabun antibakteri, 2-Butoxyethanol dalam pembersih kaca, dan masih banyak lagi. Bahan-bahan kimia ter

Serba-Serbi Tinggal dan Bekerja di Kota Gudeg Jogjakarta: Dari Trasport Sampai Kontrakan Ada!

Setelah lulus kuliah atau minimal lulus sekolah menengah akhir, hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari kerja. Setiap orang mungkin memiliki kriteria yang berbeda-beda mengenai tempat kerja yang diinginkannya. Ada yang ingin tetap di kota asal supaya tak jauh dari orangtua, ada juga yang keukeuh ingin merantau ke kota lain mencari suasana baru. Bicara soal merantau, biasanya kota yang identik dengan pendatang yang berlomba-lomba mencari kerja adalah kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Namun, jarang terpikir untuk merantau ke Jogja. Para mahasiswa yang dulu menimba ilmu di Jogja pun banyak yang kembali ke kota asalnya setelah lulus atau memilih mencari kerja ke kota lain. Mendapat julukan kota pelajar, Jogja memang menjadi salah satu pusat pendidikan terbesar di Indonesia. Di sana tersedia banyak pilihan universitas baik negeri maupun swasta. Kendati demikian, Jogja jarang dilirik untuk dijadikan pilihan tempat kerja. Tidak bisa dipungkiri memang pendap