Langsung ke konten utama

Serba-Serbi Tinggal dan Bekerja di Kota Gudeg Jogjakarta: Dari Trasport Sampai Kontrakan Ada!

Setelah lulus kuliah atau minimal lulus sekolah menengah akhir, hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari kerja. Setiap orang mungkin memiliki kriteria yang berbeda-beda mengenai tempat kerja yang diinginkannya. Ada yang ingin tetap di kota asal supaya tak jauh dari orangtua, ada juga yang keukeuh ingin merantau ke kota lain mencari suasana baru.


Bicara soal merantau, biasanya kota yang identik dengan pendatang yang berlomba-lomba mencari kerja adalah kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Namun, jarang terpikir untuk merantau ke Jogja. Para mahasiswa yang dulu menimba ilmu di Jogja pun banyak yang kembali ke kota asalnya setelah lulus atau memilih mencari kerja ke kota lain.

Mendapat julukan kota pelajar, Jogja memang menjadi salah satu pusat pendidikan terbesar di Indonesia. Di sana tersedia banyak pilihan universitas baik negeri maupun swasta. Kendati demikian, Jogja jarang dilirik untuk dijadikan pilihan tempat kerja. Tidak bisa dipungkiri memang pendapatan rata-rata karyawan di Jogja lebih rendah dari rata-rata pendapatan karyawan yang bekerja di kota besar seperti Bandung dan Jakarta.

UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten) tahun 2018 yang ditetapkan oleh pemerintah DI Yogyakarta adalah sekitar Rp 1,7 juta per bulan. Jumlah tersebut dua kali lebih rendah dari standar gaji di ibu kota. Namun Jogja memiliki beberapa keistimewaan yang belum tentu ditemukan kalau kamu merantau ke kota lain.

Pilihan transportasi

Coba tanyakan kepada mereka yang bekerja di ibu kota. Tak sedikit dari mereka berangkat sebelum matahari terbit agar tak terkena macet di jalan. Seperti kita ketahui jalan-jalan besar di Jakarta setiap harinya selalu macet. Bahkan saking padatnya dengan kendaraan, mungkin harus menghabiskan waktu berjam-jam di jalan padahal jarak tempuh tidak terlalu jauh.

Tapi suasana seperti itu mungkin jarang kamu temui kalau tinggal dan bekerja di Jogja. Ya, Jogja berkembang dari waktu ke waktu dan tak lepas dari namanya jalanan macet. Seperti kota lainnya, pengguna kendaraan dan kepadatan penduduk di Jogja meningkat setiap tahun. Alhasil, hal ini membuat jalanan di pusat Jogja semakin padat. Tetapi biasanya kalaupun macet tidak terlalu parah. Kalaupun sedang macet, jalanan masih bisa mudah dan cepat dibelah menggunakan sepeda motor.

Tak perlu khawatir jika tak memiliki kendaraan pribadi. Ada beberapa pilihan transportasi yang tersedia dengan biaya relatif terjangkau. Sebagian besar kawasan di pusat kota bisa dijangkau dengan mudah menggunakan Trans Jogja yang ditarif Rp 3600,- untuk satu kali perjalanan. Pembayarannya bisa tunai maupun non tunai.

Untuk pembayaran non tunai, kamu hanya perlu mengisi data diri terlebih dulu di halte-halte khusus yang bertandakan PoS (Point of Sales), dan melakukan deposit sebesar Rp 25 ribu untuk mendapat kartu langganan Trans Jogja. Kartu tersebut bisa digunakan ketika bepergian ke manapun menggunakan Trans Jogja.

Jika bekerja di pusat kota Jogja, kamu bisa memanfaatkan Trans Jogja untuk transportasi sehari-hari. Untuk pulang pergi, biaya yang dikeluarkan kurang lebih Rp 7 ribu. Alternatif lainnya, kamu juga bisa menggunakan transportasi berbasis aplikasi online, baik itu ojek maupun taksi. Transportasi tradisional seperti becak dan andong juga cukup mudah ditemukan di Jogja.

Hiburan yang beragam

Banyak hiburan yang bisa dinikmati ketika kamu tinggal dan bekerja di Jogja. Sudah jadi rahasia umum kalau destinasi wisata alam di Jogja itu indah-indah. Pilihannya pun beragam. Ada pantai-pantai yang menyajikan pemandangan sunset nan epik, gua-gua eksotis, ada kawasan wisata alam dengan panorama pegunungan seperti gunung Merapi, Kalibiru, dan kebun buah Mangunan. Masih kurang? Di Jogja juga ada wisata “gurun pasir” yang membuatmu serasa di Timur Tengah.

Dari tahun ke tahun, meski tradisi Jawa masih kental, Jogja juga tak lepas dari pengaruh modernisasi. Banyak pilihan mall dan bioskop yang bisa jadi alternatif hiburan. Restoran, kafe, maupun kedai kopi juga menjamur di sudut-sudut kota. Intinya kalau di Jogja sepertinya kamu tidak akan kehabisan tempat hiburan. Asyiknya lagi, tempat-tempat menarik di Jogja juga relatif cepat dan mudah dijangkau.

Harga makanan relatif murah

Harga makanan merupakan salah satu faktor yang membuat Jogja dicap sebagai kota dengan biaya hidup murah. Meskipun kafe-kafe kekinian sudah menjamur di Jogja, tapi jangan khawatir karena masih tersedia banyak pilihan makanan yang harganya ramah di kantong. Apalagi selain gudeg, Jogja juga terkenal dengan makanan tradisional lainnya yang tak kalah memanjakan lidah.

Kalau membahas makanan murah di Jogja, coba cari di sekitar kampus-kampus. Kamu tidak akan kesulitan untuk menemukan angkringan yang menjual nasi kucing dan lauk pendampingnya, dengan harga mulai dari Rp 1000,-. Dengan selembar uang Rp 5 ribu, kamu sudah bisa makan satu porsi nasi yang dilengkapi tempe dan tumis sayur sebagai lauk pendampingnya.

Selain itu, ada warung burjo yang buka 24 jam. Ada menu mie goreng atau rebus, nasi goreng, nasi telor, nasi sarden, gorengan, dan lainnya. Kalau kamu makan di sana paling habis uang Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu-an.

Masyarakat yang ramah dan guyub

Tak kenal tapi menyapa sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat Jogja. Atau setidaknya mereka akan melempar senyum pada orang-orang yang lewat. Ya, warga Jogja masih sangat menjunjung tinggi tata krama. Mereka juga terkenal guyub.

Keramahan dan keguyuban ini menjadi daya tarik tersendiri dan membuat orang nyaman ketika berada di Jogja, bahkan mereka ingin kembali lagi. Selain itu, kamu mungkin akan sering menemukan lansia di Jogja yang masih gigih dalam bekerja, seperti berjualan di pasar atau menjual makanan khas angkringan. Kamu bisa belajar arti kehidupan secara lebih mendalam.

Komunitas anak muda

Sambil bekerja, sambil mengembangkan hobi. Mengapa tidak? Apalagi di Jogja banyak komunitas anak muda keren yang bisa kamu ikuti. Mau lebih lancar bahasa Inggirs? Ada English Club yang pembelajarannya digelar di Perpustakaan Besar Yogyakarta setiap hari Jumat jam 4 sore.

Kalau hobi fotografi, pastinya wajib ikut komunitas fotografi. Kamu bisa bertemu para fotografer yang dengan senang hati berbagi ilmunya. Ada pula komunitas lainnya seperti pecinta alam, menari, bela diri, teater, tata rias, dan berbagai jenis olahraga.

Kontrakan rumah masih terjangkau

Jika masih lajang, kamu bisa menyewa kamar kos untuk tempat tinggal. Tersedia berbagai macam tipe kos, tentunya dengan harga dan fasilitas yang berbeda-beda. Kos standar, dengan kata lain kamar kos sederhana, yang biasanya dilengkapi kasur, lemari, dan kamar mandi di luar, biasanya ditarif mulai dari Rp 350 ribu per bulan.

Kalau ingin kamar kos yang kamar mandinya di dalam, kamu harus siap merogoh kocek mulai dari Rp 600 ribu per bulan. Ada pula tipe kos dengan fasilitas pendukung yang lengkap mulai dari pendingin udara, Wi-Fi, pemanas air, meja belajar, dan lainnya. Kos ekslusif semacam ini bisa dinikmati dengan biaya sewa mulai dari Rp 1 juta per bulan.

Info kontrakan Jogja juga bisa dibilang masih murah. Tergantung dari luas dan fasilitas pendukung yang disediakan, rata-rata rumah kontrakan Jogja ditarif Rp 5 juta hingga 10 juta per tahun. Untuk yang ingin segera membangun sebuah keluarga, menetap di Jogja layak dipertimbangkan.

Selain biaya kebutuhan pokok yang masih relatif murah, biaya sekolah anak di Jogja juga diperkirakan masih terjangkau dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi ketika anak-anak sudah dewasa kelak, mereka bisa mendapatkan pendidikan berkualitas dari universitas-universitas unggulan yang berlokasi di Jogja, tanpa harus merantau ke kota lain yang memerlukan lebih banyak biaya.

Standar gaji di Jogja memang terbilang sedikit. Namun, itu hanya ketentuan gaji minimum dari pemerintah. Besar kemungkinan kamu menerima bayaran yang lebih besar. Terlebih bila kamu adalah seorang yang loyal, perusahaan pasti akan menghargai loyalitasmu dengan adanya kenaikan gaji setiap tahun.

Dan jangan salah, di Jogja juga cukup perusahaan yang menawarkan gaji di atas Rp 5 juta per bulannya. Terlebih bila kamu memiliki latar belakang pendidikan yang bagus dan tentunya memiliki kemampuan dan keterampilan yang mumpuni. Bekerja di Jogja dengan gaji setara ibu kota atau bahkan lebih dari itu, bukanlah hal yang mustahil.

Postingan populer dari blog ini

Berburu Bakmi Jawa Enak Saat di Jogja, Cek Rekomendasinya di Sini!

Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat menginjakkan kaki di Jogja. Tak cuma mengunjungi tempat-tempat wisata alamnya yang terkenal eksotis, berburu kuliner khas Jogja juga bisa jadi aktivitas menyenangkan. Apalagi kuliner-kuliner khas Jogja juga terkenal enak dan harganya relatif murah tak membuat kantong cekak. Bicara soal Jogja dan kulinernya, tak lengkap jika tak mencicipi gudeg. Tapi sebetulnya masih banyak makanan khas Jogja yang tak kalah nikmat. Salah satunya bakmi jawa. Bakmi jawa identik dengan hidangan mie kuning atau bihun yang diberi tambahan ayam kampung suwir, sayuran, dan telur. Saat ini bakmi jawa mudah ditemukan di restoran-restoran. Tapi tentu kalau kamu mencicipinya di Jogja, bakmi jawa di sana akan terasa berbeda. Meski zaman sudah modern, tapi mayoritas pedagang bakmi jawa di Jogja tidak menggunakan kompor dalam memasak bakmi mereka, melainkan masih menggunakan anglo atau tungku arang. Jangankan rasa, aromanya saja sudah pasti berbeda. Penjual bakmi Jawa

Sering Terabaikan, Padahal Benda-benda di Rumah Ini Bisa Jadi Sumber Penyakit

Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman juga bisa mengancam kesehatan Anda dan keluarga. Ya, barang-barang di rumah bisa merugikan kesehatan jika kita tidak merawatnya dengan benar. Anda mungkin sudah sering mendengar saran para pakar kesehatan agar mengganti sprei seminggu sekali. Atau menyapu dan mengepel lantai setiap hari. Selain itu, masih banyak benda di rumah yang berpotensi menjadi sumber penyakit, dan itu seringkali tidak kita sadari. Langsung saja, berikut beberapa benda di rumah (yang mungkin tak terduga) yang bisa menjadi sumber penyakit bagi Anda dan keluarga: Produk pembersih rumah tangga Produk pembersih yang sebagian besar digunakan oleh masyarakat adalah produk-produk berbasis kimia. Bahkan beberapa mengandung bahan kimia keras. Seperti phthalates yang sering terkandung dalam produk rumah tangga yang wangi, triclosan yang digunakan dalam deterjen atau sabun antibakteri, 2-Butoxyethanol dalam pembersih kaca, dan masih banyak lagi. Bahan-bahan kimia ter